Budidaya Ikan Patin infoikan.com Untuk mengenal ikan patin, ada beberapa hal pokok yang perlu di ketahui mengenal sosok, karakteristik, dan kebiasaan hidupnya.
Klasifikasi Morfologi Ikan Patin
Morfologi Ikan Patin
1. Ikan patin dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 120 cm. Ukuran tersebut memang tergolong besar jika di bandingkan dengan jenis lele - lelean lainnya.
Bentuk tubuh ikan patin memanjang dengan warna dominan putih berkilauan, seperti perak dan punggung berwarna kebiruan.
2. Ketika kecil, warna tubuhnya berkilau seperti perak, sehingga cocok diletakkan di dalam akuarium sebagai ikan hias.
Ketika ukurannya semakin besar, warnanya mulai memudar sehingga kurang menarik untuk di pajang di akuarium.
3. Seperti halnya keluarga ikan lele - lelean, ikan putih tidak bersisik alias bertubuh licin. Kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala sebelah bawah.
4. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis, sebagaimana halnya dengan ikan lele. Kumis tersebut berfungsi sebagai alat peraba saat berenang atau mencari makan.
1. Ikan ini dapat bertahan hidup diperairan agak asam sampai basa
2. Kandungan oksigen larutan yang di butuhkan bagi kehidupan patin berkisar 3-6 ppm, karbondioksida berkisar 9 – 20, alkalinitas 80 – 250, dan suhu 28 – 30 derajat c.
3. Saat hidup patin terbilang nokturnal, yakni atau aktif pada malam hari.
4. Lebih banyak menetap di dasar perairan ketimbang di permukaan. Ciri khas ikan demersal adalah memiliki bentuk mulut yang melebar.
5. Termasuk kategoriikan omnivora atau pemakan segala. Senang memakan ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, udang – udangan, moluska, biji – bijian.
6. Mengandung 68,6% protein, 5,8% lemak, 3,5% abu, dan 59,3% air, bobot ikan setelah di siangi sebesar 9,7% dari bobot awal dan filter yang diperoleh sekitar 61,7% dari bobot ikan.
Di indonesia, sedikitnya terdapat dua jenis ikan patin yang populer dan banyak di pelihara di kolam budidaya, yaitu patin lokal dan patin siam.
Jenis Ikan Patin Lokal
Ikan Patin Lokal memiliki nama ilmiah pangasius pangasius atau pangasius spp. Patin lokal terdiri dari beberapa jenis.
Salah satu jenis populer yang berpeluang menjadi komoditas ekspor adalah patin jambal yang banyak terdapat di beberapa sungai besar di indonesia.
Jenis lain yang juga populer adalah patin kunyit yang banyak di temukan di sungai-sungai besar di riau.
Jenis ikan patin yang hampir sama dengan patin jambal adalah p. Bocourti yang merupakan komoditas ekspor ke eropa, amerika serikat, dan beberapa negara asia. Ikan jenis ini banyak di temukan di perairan.
Jenis Ikan Patin Siam
Selain patin lokal, ada juga patin siam. Biasa di sebut patin bangkok atau lele bangkok. Sebutan ini muncul tidak hanya karena ukuran tubuhnya yang bongsor dan memang berasal dari bangkok.
Jenis Ikan Patin Juaro
Kerabat ikan patin yang lain di antaranya pangasius polyuranodo (ikan juaro), pangasius macronema, pangasius micronemus (wakal, rius caring), pangasius nasutus (pedado), dan pangasius nieuwenhuisii (dikenal dengan sebutan ikan lawang).
Baca juga:
Budidaya Ikan Patin Peluang Bisnis Rumahan Modal Kecil Menjanjikan
Teknik Pembenihan Ikan Patin yang Benar
Pemilihan lokasi usaha hendaknya mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis, sosial, ekonomi, dan pasar.
Dengan begitu, selama proses budidaya berlangsung tidak akan di temui kendala yang menghambat usaha tersebut.
Sebelum menentukan lokasi budidaya tersebut, ada beberapa aspek yang harus dipenuhi.
Beberapa aspek sosial yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi usaha budidaya sebagai berikut.
1, Lingkungan hidup harus tejaga dengan baik, dengan pengertian bahwa usaha budidaya patin tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada.
2, Jika menggunakan tenaga kerja, sebaiknya dapat memanfaatkan tenaga kerja di sekitar lokasi. Hal tersebut di maksudkan untuk mengurangi pengangguran dan mencegah kecemburuan sosial.
3, Sumber daya alam di sekitar lokasi dapat termanfaatkan, terutama sarana dan prasarana penunjang kegiatan usaha.
4, Lokasi usaha harus dekat dengan tempat pemasaran, sehingga produksi yang di hasilkan cepat sampai ke konsumen.
5, Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, seperti sarana produksi, sarana transportasi, serta sarana informasi.
6, Faktor lain yang tidak kalah penting adalah keamanan lokasi harus terjamin.
Jika di tinjau dari aspek budidaya, ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi untuk budidaya ikan patin.
Kolam Ikan Patin
Air merupakan faktor mutlak dalam kegiatan budidaya patin. Sumber air dapat berasal dari saluran irigasi teknis, sungai, atau sumber air lainnya.
Khusus untuk unit pembenihan, satu hal yang harus terpenuhi adalah kondisi airnya harus bersih. Jika sulit mendapatkan sumber air irigasi yang baik, sumber airnya dapat di usahakan berupa sumur biasa.
Kualitas air
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit.
Umumnya, ada beberapa variable penting yang berhubungan dengan kualitas air.
Jumlah air atau debit air yang di butuhkan untuk setiap subsistem dalam budidaya patin berbeda – beda.
Menentukan debit air dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak secara langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan meletakkan ember di pintu air yang masuk ke dalam kolam.
Catat beberapa waktu yang di perlukan sampai ember tersebut terpenuhi. Dengan cara ini akan di ketahui debit air tersebut, yaitu volume air di dalam ember di bagi dengan waktu, misalnya 0,5 liter/detik atau 10 liter/menit.
Selain air, tanah merupakan mutlah dalam kegiatan budidaya patin, khususnya untuk pendederan dan pembesaran.
Ada beberapa jenis tanah yang dapat di buat kolam, yaitu tanah liat atau lempung berpasir, tanah terapan, tanah berfraksi kasar, dan tanah berpasir.
Tanah liat berpasir sangat mudah di bentuk, tidak mudah pecah, dan tidak melekat di tangan.
Untuk tiga jenis tanah terakhir, pematang kolam harus di tembok atau di beton guna menghindari kebocoran.
Baca juga:
Tahapan Pendederan Ikan Patin secara Intensif di Bak Beton dan Jaring
Cara Pembenihan Ikan Patin Menghasilkan Banyak Telur
Pada dasarnya, waduk, danau, situ, dan sungai bisa di jadikan tempat pemeliharaan ikan patin dengan menggunakan wadah jaring apung.
Namun, sebelum menentukan lokasi, ada beberapa kriteria teknis dan ekonomi yang harus dipertimbangkan.
Penempatan jaring apung di anjurkan diletakkan pada jalur arus horizontal.
Umumnya, jaring apung di letakkan di daerah muara tujuannya agar ikan patin selalu mendapat suplai air dan kandungan oksigen yang terlarut juga tinggi.
Selain itu, penggerakkan air dapat membantu menghanyutkan sisa-sisa kotoran atau bahan organik.
Sebaiknya hindari penempatan jaring apung di perairan luas dan terbuka. Perairan seperti ini memungkinkan terjadinya gelombang dan tiupan angin kencang yang dapat mengancam keamanan jaring apung.
Kedalaman air.
Selain penempatan jaring apung, kedalaman air juga harus diperhatikan. Di perairan yang mengalir, kedalaman jaring apung minimum tiga meter.
Di perairan yang tidak mengalir, jaring apung ditempatkan minimum pada kedalaman lima meter.
Kualitas air
Kualitas perairan sangat mendukung keberhasilan usaha budidaya patin di jaring apung. Ada beberapa kriteria kualitas air yang perlu di perhatikan, meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi.
Secara biologi, penilaian kualitas air di dasarkan pada tingkat atau derajat kesuburannya.
Derajat kesuburan di tentukan oleh kandungan mikroorganisme berupa plankton. Tingkat kesuburan waduk atau danau di bagi menjadi tiga, yaitu perairan yang tingkat kesuburannya rendah, sedang, tinggi.
Untuk usaha pembesaran patin secara intensif di jaring apung, sebaiknya dipilih perairan yang tingkat kesuburannya rendah sampai sedang.
Pasalnya, apabila di pelihara di perairan yang tingkat kesuburannya tinggi, pada malam hari akan terjadi perebutan oksigen antara plankton dan ikan patin yang di pelihara.
Kriterian kualitas air secara fisika dan kimia untuk budidaya ikan patin di jaring apung pada prinsipnya hampir sama saja dengan ikan-ikan lainnya.
Kantong jaring apung yang di gunakan untuk pembesaran patin sebenarnya tidak mempunyai kriteria khusus, sama saja dengan jaring apung yang di gunakan untuk pembesaran ikan jenis lainnya.
Ukuran benang jaring di sesuaikan dengan ukuran ikan yang akan dipelihara. Karena ikan patin tergolong ikan yang mempunyai tenaga yang cukup kuat, di sarankan menggunakan jaring politilen dengan mata jaring 1 inci atau 2,5 cm.
Jaring apung selanjutnya di tempelkan pada sebuah rakit. Rakit bisa terbuat dari bambu, kayu atau besi siku. Setiap bahan memiliki ketahanan yang berbeda-beda.
Sementara itu, bahan pelampung yang di gunakan sebagai rakit biasanya berupa drum kapasitas 200 liter atau drum plastik bekas. Jumlah pelampung yang di gunakan di sesuaikan dengan kebutuhan.
Bahan tambahan lain yang diperlukan berupa jangkar yang berfungsi untuk menahan rakit agar tidak hanyut terbawa arus perairan.
Baca:
Begini Cara Budidaya Ikan Patin secara Intensif di Kolam Beton, Kolam Terpal, dan Kolam Tanah
Berikut Teknik Pembesaran Ikan Patin secara Intensif
Selain dapat di pelihara di kolam jaring, ikan patin juga dapat dipelihara di karamba.
Cara pemeliharaan seperti ini banyak di temukan di pulau jawa dan sebagian daerah sumatra.
Karamba umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan ukuran 3 x 2 x 1 m atau di sesuaikan dengan kondisi dan situasi tempat pemeliharaan. Karamba dapat di tempatkan di sungai, danau, waduk.
Pemilihan lokasi di dasarkan pada penempatan karamba, yaitu karamba diletakkan di permukaan air, karamba yang diletakan di bawah permukaan air, dan di letakkan di dasar perairan.
Karamba di permukaan air
Karamba yang di tempatkan di permukaan air umumnya di gunakan di danau atau waduk yang arus airnya tenang. Karamba ini terbuat dari bambu atau kayu.
Penempatannya di lakukan dengan menenggelamkan dua pertiga bagian karamba dan mengapungkan sepertiga bagian sisanya.
Agar posisinya tetap, karamba diikatkan di pohon atau di tempatkan pada tambatan yang di buat khusus.
Karamba di bawah permukaan air
Karamba di bawah permukaan air lebih cocok di gunakan diperairan yang agak dalam.
Penempatannya di lakukan dengan menenggelamkan karamba sampai posisi bagian atasnya berada 20 cm di bawah permukaan air.
Untuk mempertahankan posisi tersebut, karamba harus di beri pemberat, bisa berupa batu, besi, atau bahan lainnya.
Agar tidak hanyut, sebaiknya karamba di ikatkan di pohon atau tambatan.
Baca ini:
Jenis Hama dan Penyakit Ikan Patin serta Cara Mengatasinya
Karamba yang di tempatkan didasar perairan umunya di gunakan di perairan yang sempit dan tidak terlalu dalam, misalnya sungai – sungai kecil dengan lebar sekitar 2 meter.
Dasar perairan sebaiknya agak keras karena di gunakan sebagai alas karamba.
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan secara alami.
Pasalnya, agak sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai dengan habitatnya di alam.
Untuk itu, pemijahan ikan patin hanya bisa dilakukan secara buatan dengan rangsangan menggunakan kalenjer hipofisa.
1, Induk merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan iusaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula.
1, Induk patin sebaiknya dipilih induk yang telah dipelihara dikolam atau wadah lainnya, seperti jaring.
3, Selama pemeliharaan induk di beri makanan tambahan yang cukup mengandung protein.
4, Berikan pakan dua kali sehari, tepatnya pada pagi dan sore hari, dengan dosis 3% dari bobot induk.
Sebelum dipijahkan, indukan diseleksi terlebih dahulu dengan memilih induk betina dan induk jantan yang matang gonad atau siap pijah.
Berikut ciri – ciri induk patin yang telah matang gonad.
Ciri Induk betina ikan patin matang gonad;
- Umur kurang lebih 2,5 tahun
- Bobot minimum 3 kg/ekor
- Perut membesar ke arah anus serta terasa halus dan empuk ketika di raba
- Kulit di bagian perut lembek dan tipis
- Keluar beberapa butir telur berbentuk bundar dan berukuran seragam di sekitar kloaka
Ciri Induk betina ikan patin matang gonad
Umur di atas 1,5 tahun
Bobot minimum 2 kg/ekor
Kulit perut lembek dan tipis
Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua
Jika bagian perut di urut ke arah anus akan keluar cairan sperma berwarna putih
Pastikan juga induk yang akan di pijahkan dalam kondisi sehat secara fisik, yakni tidak terinfeksi penyakit dan parasit serta tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan, atau sayatan.
Induk yang baik juga harus memiliki sifat pertumbuhan relatif cepat serta resisten terhadap penyakit, tetapi toleran atau mudah beradaptasi dan responsif terhadap perubahan lingkungan dan makanan.
INDUCED BREEDING (kawin suntik ikan patin)
Induced breeding atau kawin suntik merupakan teknik pemijahan buatan. Yang dilakukan pada ikan patin.
Tingkat keberhasilan pemijahan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad indukan, kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, serta kecermatan dalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan.
Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjer hipofisa ikan lain, seperti ikan mas, atau menggunakan kelenjer hipofisa buatan yang mengandung hormon gonadtropin.
Di pasaran dikenal dengan merek dagang chorulon dan ovaprim.
Pembenihan Ikan Patin Menggunakan kelenjer hipofisa ikan mas
1. Siapkan ika donor atau ikan yang akan di ambil kelenjer hipofisanya.
Jika induk patin betina yang akan di suntik memiliki bobot 3 kg, diperlukan donor ikan mas berupa induk betina seberat 9 kg dan induk jantan seberat 6 kg.
2. Potong bagian belakang tutup insang ikan mas, bisa di lakukan secara tegak lurus ataupun vertikal.
3. Letakkan potongan kepala dengan posisi mulut menghadap ke atas, lalu potong secara vertikal dari permukaan sedikit di atas mulut hingga tampak organ otak yang dilingkupi lendir atau lemak
4. Angkat bagian otak ikan mas, lalu buang atau bersihkan lendir menggunakan kapas atau tisu.
Setelah bersih dari lendir, di bagian otak akan tampak butiran putih seperti beras. Itulah kelenjer hipofisa yang dibutuhkan.
5. Ambil kelenjer hipofisa menggunakan pinset, lalu gerus menggunakan gelas penggerus sampai halus
6. Larutkan kelenjer hipofisa tadi ke akuabides sebanyak 2,5 ml. Perlakuan ini berfungsi untuk mempermudah penyuntikan nantinya.
Agar larutan ini berfungsi benar-benar hancur dan tercampur, gunakan sentrifugai atau pemusing.
7. Ambil atau sedot larutan kelenjer hipofisa menggunakan alat suntik dengan jarum berukuran 0,12 mm.
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular (di dalam daging atau otot) di belakang pangkal sirip punggung.
Pembenihan Ikan Patin Menggunakan ovaprim dan chorulon
1. Ambil induk jantan dan induk betina, lalu timbang bobot keduanya.
2. Untuk induk jantan diperlukan ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk betina sebanyak 0,6 ml/kg
3. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan dua kali, pada penyuntikan pertama menggunakan chorulon dengan dosis 500 iu/ kg.
Sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim. Penyuntikan kedua dilakukan sekitar 24 jam setelah penyuntikan pertama.
4. Sementara itu, penyuntikan induk jantan di lakukan sekali, yakni bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
5. Untuk menghindari induk berontak saat penyuntikan (yang dapat menyebabkan telur keluar), penyuntikan sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas memegang ikan yang akan di suntik.
6. Penyuntikan dilakukan secara intramuskular di belakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dan kemiringan 45 derajat.
7. Simpan induk patin yang telah di suntik ke dalam waring yang di pasang di dalam bak dengan air yang mengalir.
Setelah 8 – 15 jam kemudian, biasanya induk sudah ovulasi (puncak kematangan gonad).
Saat ovulasi, telur yang telah matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut patin betina. Perlakuan ini di sebut (stripping).
berikut untuk pekerjaan dalam melakukan stripping.
1. Sediakan wadah untuk menampung telur, berupa baskom plastik yang telah di bersihkan dan dalam keadaan kering.
2. Pegang induk betina yang akan di stripping dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin di topangkan di pangkal paha.
3. Urut perut indukan patin menggunakan jari tangan dan jempol secara perlahan, di mulai dari bagian depan ke arah belakang. Tampung telur yang keluar ke dalam sebuah baskom.
4. Selanjutnya, induk jantan di tangkap untuk di ambil spermanya. Pengurutan induk jantan pada prinsipnya sama dengan pengurutan induk betina. Sperma yang keluar dari perut induk jantan langsung di satukan dengan telur yang telah di tampung di dalam baskom.
5. Agar telur dan sperma dapat tercampur sempurna, lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara berputar perlahan-lahan di dalam baskom.
6. Untuk meningkatkan fertilisasi, tambahkan larutan naci ke dalam campuran telur tersebut. Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan di sertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit, pengadukan dilakukan kurang lebih selama 2 menit.
7. Untuk membuang lendir, perlu di lakukan penggantian air bersih sebanyak 2-3 kali.
8. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur, perlu di perhatikan pencucian menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat membersihkan lendir-lendir yang menempel dan memisahkan telur-telur yang menggumpal. Lumpur yang di gunakan berupa tanah dasar kolam atau tanah tegalan yang telah di panaskan pada suhu 100 derajat c terlebih dahulu guna menghindari penyakit.
9. Telur-telur yang di buahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur-telur yang tidak di buahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.
Proses Penetasan Telur Ikan Patin
1. Bersihkan semua perlengkapan pembenihan, seperti corong penetasan telur, tempat perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air bersih, water turn, lalu keringkan.
2. Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri, rendam corong penetasan dalam larutan pk sebanyak 20 ppm atau malachite green sebanyak 5 ppm selama 30 menit.
3. Masukkan air bersih ke dalam semua wadah, lalu nyalakan pompa isap agar air mengalir dari wadah penampungan air bersih ke water turn, sehingga terjadi sirkulasi air di seluruh wadah unit pembenihan patin tersebut.
4. Tuangkan telur patin yang akan di teteskan ke dalam corong penetasan, lalu sebarkan menggunakan bulu ayam.
5. Usahakan jangan sampai telur menumpuk didasar corong. Pasalnya, telur yang menumpuk dapat cepat membusuk. Idealnya, kepadatan telur sebanyak 200.000-300.000 butir per corong. Selain itu, atur debit air yang mengalir agar telur selalu terangkat di dalam corong tersebut.
6. Telur yang telah di buahi selanjutnya akan berkembang dan menetas menjadi larva.
Benih patin yang baru menetas dikenal dengan sebutan larva.
Larva di tampung sementara di tempat penampungan larva berupa kain hapa yang dipasang di dalam bak penampungan larva.
Hal tersebut di maksudkan untuk memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ke tempat pemeliharaan.
Pemanenan dilakukan menggunakan scop net halus secara hati – hati.
Selanjutnya larva di distribusikanke tempat pendederan, jika lokasi tempat pendederan jauh dari tempat pembenihan, maka larva patin di angkut menggunakan kantong plastik bening yang di beri oksigen.
Plastik berukuran 40 x 60 cm dapat mengangkut larva patin sebanyak 15000 -20.000 ekor dengan lama perjalanan sekitar 4-6 jam.
Benih yang berasal dari tempat penampungan sementara selanjutnya dipelihara ditempat pemeliharaan benih.
Tempat pemeliharaan benih dapat berupa akuarium, fiber glass, atau bak plastik. Wadah pemeliharaan di susun rapi di dalam ruangan tertutup berukuran 60-79 m2.
Sebelum di gunakan, akuarium fiber glass di bersihkan dan dikeringkan. Selang 1-2 hari sebelum benih di tebar, isi wadah pemeliharaan dengan air.
Nyalakan blower untuk menambah aerasi guna memberi tambahan kandungan oksigen terlarut ke dalam air. Jangan lupa menyediakan genset untuk suplai listrik jika sewaktu-waktu listrik PLN padam.
Benih patin dipelihara di akuarium atau fiber glass selama 25 – 30 hari. Berikut pemberian pakan pada benih selama pemeliharaan berlangsung.
1. Hari ke 1 sampai ke 5. benih pakan di beri makanan tambahan berupa artemia yang telah diteteskan di tempat terpisah. Pemberian artemia dilakukan sekitar 2 jam sekali.
2. Hari ke 6 sampai ke 14. benih di beri makanan berupa kutu air, jentik nyamuk atau cacing sutra.
3. Hari ke 15 sampai panen. Benih di beri makanan berupa pakan buatan bentuk tepung yang mengandung kadar protein lebih dari 35%. jumlah makanan yang di berikan harus disesuaikan dengan kebutuhan benih.
4. Usahakan jangan sampai ada makanan yang tersisa guna menghindari terjadinya penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.
5. Selama pemeliharaan, lakukan penggantian air bersih setiap 1 – 2 hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air dilakukan secara hati-hati dengan cara menyifon atau membuang kotoran yang berupa di dasar wadah pemeliharaan menggunakan slang kecil.
Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna menghindari terjadinya stres pada benih yang dipelihara sampai posisi air mendekati ketinggian semula.
Dari sini diharapkan sobat dapat memulai pembenihan ikan patin secara sungguh – sungguh baik di aquarium maupun kolam beton secara alami maupun buatan.
Lengkap sudah cara budidaya ikan patin dari awal hingga panen dengan makanan alami cepat besar modal kecil untung besar untuk pemula buat usaha.
Klasifikasi Morfologi Ikan Patin
Morfologi Ikan Patin
1. Ikan patin dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 120 cm. Ukuran tersebut memang tergolong besar jika di bandingkan dengan jenis lele - lelean lainnya.
Bentuk tubuh ikan patin memanjang dengan warna dominan putih berkilauan, seperti perak dan punggung berwarna kebiruan.
2. Ketika kecil, warna tubuhnya berkilau seperti perak, sehingga cocok diletakkan di dalam akuarium sebagai ikan hias.
Ketika ukurannya semakin besar, warnanya mulai memudar sehingga kurang menarik untuk di pajang di akuarium.
3. Seperti halnya keluarga ikan lele - lelean, ikan putih tidak bersisik alias bertubuh licin. Kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala sebelah bawah.
4. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis, sebagaimana halnya dengan ikan lele. Kumis tersebut berfungsi sebagai alat peraba saat berenang atau mencari makan.
Budidaya Ikan Patin
Baca juga:
Budidaya Ikan Patin – Kebiasaan Ikan Patin Hidup di Alam
1. Ikan ini dapat bertahan hidup diperairan agak asam sampai basa
2. Kandungan oksigen larutan yang di butuhkan bagi kehidupan patin berkisar 3-6 ppm, karbondioksida berkisar 9 – 20, alkalinitas 80 – 250, dan suhu 28 – 30 derajat c.
3. Saat hidup patin terbilang nokturnal, yakni atau aktif pada malam hari.
4. Lebih banyak menetap di dasar perairan ketimbang di permukaan. Ciri khas ikan demersal adalah memiliki bentuk mulut yang melebar.
5. Termasuk kategoriikan omnivora atau pemakan segala. Senang memakan ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, udang – udangan, moluska, biji – bijian.
6. Mengandung 68,6% protein, 5,8% lemak, 3,5% abu, dan 59,3% air, bobot ikan setelah di siangi sebesar 9,7% dari bobot awal dan filter yang diperoleh sekitar 61,7% dari bobot ikan.
Budidaya Ikan Patin – Jenis Ikan Patin yang sering Dibudidayakan
Di indonesia, sedikitnya terdapat dua jenis ikan patin yang populer dan banyak di pelihara di kolam budidaya, yaitu patin lokal dan patin siam.
Jenis Ikan Patin Lokal
Ikan Patin Lokal memiliki nama ilmiah pangasius pangasius atau pangasius spp. Patin lokal terdiri dari beberapa jenis.
Salah satu jenis populer yang berpeluang menjadi komoditas ekspor adalah patin jambal yang banyak terdapat di beberapa sungai besar di indonesia.
Jenis lain yang juga populer adalah patin kunyit yang banyak di temukan di sungai-sungai besar di riau.
Jenis ikan patin yang hampir sama dengan patin jambal adalah p. Bocourti yang merupakan komoditas ekspor ke eropa, amerika serikat, dan beberapa negara asia. Ikan jenis ini banyak di temukan di perairan.
Jenis Ikan Patin Siam
Selain patin lokal, ada juga patin siam. Biasa di sebut patin bangkok atau lele bangkok. Sebutan ini muncul tidak hanya karena ukuran tubuhnya yang bongsor dan memang berasal dari bangkok.
Jenis Ikan Patin Juaro
Kerabat ikan patin yang lain di antaranya pangasius polyuranodo (ikan juaro), pangasius macronema, pangasius micronemus (wakal, rius caring), pangasius nasutus (pedado), dan pangasius nieuwenhuisii (dikenal dengan sebutan ikan lawang).
Baca juga:
Budidaya Ikan Patin Peluang Bisnis Rumahan Modal Kecil Menjanjikan
Teknik Pembenihan Ikan Patin yang Benar
Budidaya Ikan Patin – Memilih Tempat Budidaya
Pemilihan lokasi usaha hendaknya mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis, sosial, ekonomi, dan pasar.
Dengan begitu, selama proses budidaya berlangsung tidak akan di temui kendala yang menghambat usaha tersebut.
Sebelum menentukan lokasi budidaya tersebut, ada beberapa aspek yang harus dipenuhi.
Budidaya Ikan Patin – Aspek Sosial Ekonomi
Beberapa aspek sosial yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi usaha budidaya sebagai berikut.
1, Lingkungan hidup harus tejaga dengan baik, dengan pengertian bahwa usaha budidaya patin tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada.
2, Jika menggunakan tenaga kerja, sebaiknya dapat memanfaatkan tenaga kerja di sekitar lokasi. Hal tersebut di maksudkan untuk mengurangi pengangguran dan mencegah kecemburuan sosial.
3, Sumber daya alam di sekitar lokasi dapat termanfaatkan, terutama sarana dan prasarana penunjang kegiatan usaha.
4, Lokasi usaha harus dekat dengan tempat pemasaran, sehingga produksi yang di hasilkan cepat sampai ke konsumen.
5, Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, seperti sarana produksi, sarana transportasi, serta sarana informasi.
6, Faktor lain yang tidak kalah penting adalah keamanan lokasi harus terjamin.
Budidaya Ikan Patin – Aspek Budaya
Jika di tinjau dari aspek budidaya, ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi untuk budidaya ikan patin.
Kolam Ikan Patin
Budidaya Ikan Patin – Sumber air
Air merupakan faktor mutlak dalam kegiatan budidaya patin. Sumber air dapat berasal dari saluran irigasi teknis, sungai, atau sumber air lainnya.
Khusus untuk unit pembenihan, satu hal yang harus terpenuhi adalah kondisi airnya harus bersih. Jika sulit mendapatkan sumber air irigasi yang baik, sumber airnya dapat di usahakan berupa sumur biasa.
Kualitas air
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit.
Umumnya, ada beberapa variable penting yang berhubungan dengan kualitas air.
Budidaya Ikan Patin – Kuantitas air
Jumlah air atau debit air yang di butuhkan untuk setiap subsistem dalam budidaya patin berbeda – beda.
Menentukan debit air dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak secara langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan meletakkan ember di pintu air yang masuk ke dalam kolam.
Catat beberapa waktu yang di perlukan sampai ember tersebut terpenuhi. Dengan cara ini akan di ketahui debit air tersebut, yaitu volume air di dalam ember di bagi dengan waktu, misalnya 0,5 liter/detik atau 10 liter/menit.
Budidaya Ikan Patin – Tanah
Selain air, tanah merupakan mutlah dalam kegiatan budidaya patin, khususnya untuk pendederan dan pembesaran.
Ada beberapa jenis tanah yang dapat di buat kolam, yaitu tanah liat atau lempung berpasir, tanah terapan, tanah berfraksi kasar, dan tanah berpasir.
Tanah liat berpasir sangat mudah di bentuk, tidak mudah pecah, dan tidak melekat di tangan.
Untuk tiga jenis tanah terakhir, pematang kolam harus di tembok atau di beton guna menghindari kebocoran.
Baca juga:
Tahapan Pendederan Ikan Patin secara Intensif di Bak Beton dan Jaring
Cara Pembenihan Ikan Patin Menghasilkan Banyak Telur
Budidaya Ikan Patin di Jaring apung
Pada dasarnya, waduk, danau, situ, dan sungai bisa di jadikan tempat pemeliharaan ikan patin dengan menggunakan wadah jaring apung.
Namun, sebelum menentukan lokasi, ada beberapa kriteria teknis dan ekonomi yang harus dipertimbangkan.
Budidaya Ikan Patin - Penempatan jaring apung
Penempatan jaring apung di anjurkan diletakkan pada jalur arus horizontal.
Umumnya, jaring apung di letakkan di daerah muara tujuannya agar ikan patin selalu mendapat suplai air dan kandungan oksigen yang terlarut juga tinggi.
Selain itu, penggerakkan air dapat membantu menghanyutkan sisa-sisa kotoran atau bahan organik.
Sebaiknya hindari penempatan jaring apung di perairan luas dan terbuka. Perairan seperti ini memungkinkan terjadinya gelombang dan tiupan angin kencang yang dapat mengancam keamanan jaring apung.
Kedalaman air.
Selain penempatan jaring apung, kedalaman air juga harus diperhatikan. Di perairan yang mengalir, kedalaman jaring apung minimum tiga meter.
Di perairan yang tidak mengalir, jaring apung ditempatkan minimum pada kedalaman lima meter.
Kualitas air
Kualitas perairan sangat mendukung keberhasilan usaha budidaya patin di jaring apung. Ada beberapa kriteria kualitas air yang perlu di perhatikan, meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi.
Secara biologi, penilaian kualitas air di dasarkan pada tingkat atau derajat kesuburannya.
Derajat kesuburan di tentukan oleh kandungan mikroorganisme berupa plankton. Tingkat kesuburan waduk atau danau di bagi menjadi tiga, yaitu perairan yang tingkat kesuburannya rendah, sedang, tinggi.
Untuk usaha pembesaran patin secara intensif di jaring apung, sebaiknya dipilih perairan yang tingkat kesuburannya rendah sampai sedang.
Pasalnya, apabila di pelihara di perairan yang tingkat kesuburannya tinggi, pada malam hari akan terjadi perebutan oksigen antara plankton dan ikan patin yang di pelihara.
Kriterian kualitas air secara fisika dan kimia untuk budidaya ikan patin di jaring apung pada prinsipnya hampir sama saja dengan ikan-ikan lainnya.
Kantong jaring apung yang di gunakan untuk pembesaran patin sebenarnya tidak mempunyai kriteria khusus, sama saja dengan jaring apung yang di gunakan untuk pembesaran ikan jenis lainnya.
Ukuran benang jaring di sesuaikan dengan ukuran ikan yang akan dipelihara. Karena ikan patin tergolong ikan yang mempunyai tenaga yang cukup kuat, di sarankan menggunakan jaring politilen dengan mata jaring 1 inci atau 2,5 cm.
Jaring apung selanjutnya di tempelkan pada sebuah rakit. Rakit bisa terbuat dari bambu, kayu atau besi siku. Setiap bahan memiliki ketahanan yang berbeda-beda.
Sementara itu, bahan pelampung yang di gunakan sebagai rakit biasanya berupa drum kapasitas 200 liter atau drum plastik bekas. Jumlah pelampung yang di gunakan di sesuaikan dengan kebutuhan.
Bahan tambahan lain yang diperlukan berupa jangkar yang berfungsi untuk menahan rakit agar tidak hanyut terbawa arus perairan.
Baca:
Begini Cara Budidaya Ikan Patin secara Intensif di Kolam Beton, Kolam Terpal, dan Kolam Tanah
Berikut Teknik Pembesaran Ikan Patin secara Intensif
Budidaya Ikan Patin di Karamba
Selain dapat di pelihara di kolam jaring, ikan patin juga dapat dipelihara di karamba.
Cara pemeliharaan seperti ini banyak di temukan di pulau jawa dan sebagian daerah sumatra.
Karamba umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan ukuran 3 x 2 x 1 m atau di sesuaikan dengan kondisi dan situasi tempat pemeliharaan. Karamba dapat di tempatkan di sungai, danau, waduk.
Pemilihan lokasi di dasarkan pada penempatan karamba, yaitu karamba diletakkan di permukaan air, karamba yang diletakan di bawah permukaan air, dan di letakkan di dasar perairan.
Karamba di permukaan air
Karamba yang di tempatkan di permukaan air umumnya di gunakan di danau atau waduk yang arus airnya tenang. Karamba ini terbuat dari bambu atau kayu.
Penempatannya di lakukan dengan menenggelamkan dua pertiga bagian karamba dan mengapungkan sepertiga bagian sisanya.
Agar posisinya tetap, karamba diikatkan di pohon atau di tempatkan pada tambatan yang di buat khusus.
Karamba di bawah permukaan air
Karamba di bawah permukaan air lebih cocok di gunakan diperairan yang agak dalam.
Penempatannya di lakukan dengan menenggelamkan karamba sampai posisi bagian atasnya berada 20 cm di bawah permukaan air.
Untuk mempertahankan posisi tersebut, karamba harus di beri pemberat, bisa berupa batu, besi, atau bahan lainnya.
Agar tidak hanyut, sebaiknya karamba di ikatkan di pohon atau tambatan.
Baca ini:
Jenis Hama dan Penyakit Ikan Patin serta Cara Mengatasinya
Budidaya Ikan Patin di Karamba di dasar perairan
Karamba yang di tempatkan didasar perairan umunya di gunakan di perairan yang sempit dan tidak terlalu dalam, misalnya sungai – sungai kecil dengan lebar sekitar 2 meter.
Dasar perairan sebaiknya agak keras karena di gunakan sebagai alas karamba.
Budidaya Ikan Patin – Pembenihan Ikan Patin secara Intensif
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan secara alami.
Pasalnya, agak sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai dengan habitatnya di alam.
Untuk itu, pemijahan ikan patin hanya bisa dilakukan secara buatan dengan rangsangan menggunakan kalenjer hipofisa.
Budidaya Ikan Patin – Pemupukan Kolam
1, Induk merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan iusaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula.
1, Induk patin sebaiknya dipilih induk yang telah dipelihara dikolam atau wadah lainnya, seperti jaring.
3, Selama pemeliharaan induk di beri makanan tambahan yang cukup mengandung protein.
4, Berikan pakan dua kali sehari, tepatnya pada pagi dan sore hari, dengan dosis 3% dari bobot induk.
Budidaya Ikan Patin – Ciri Induk Patin Matang Gonad
Sebelum dipijahkan, indukan diseleksi terlebih dahulu dengan memilih induk betina dan induk jantan yang matang gonad atau siap pijah.
Berikut ciri – ciri induk patin yang telah matang gonad.
Ciri Induk betina ikan patin matang gonad;
- Umur kurang lebih 2,5 tahun
- Bobot minimum 3 kg/ekor
- Perut membesar ke arah anus serta terasa halus dan empuk ketika di raba
- Kulit di bagian perut lembek dan tipis
- Keluar beberapa butir telur berbentuk bundar dan berukuran seragam di sekitar kloaka
Ciri Induk betina ikan patin matang gonad
Umur di atas 1,5 tahun
Bobot minimum 2 kg/ekor
Kulit perut lembek dan tipis
Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua
Jika bagian perut di urut ke arah anus akan keluar cairan sperma berwarna putih
Pastikan juga induk yang akan di pijahkan dalam kondisi sehat secara fisik, yakni tidak terinfeksi penyakit dan parasit serta tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan, atau sayatan.
Induk yang baik juga harus memiliki sifat pertumbuhan relatif cepat serta resisten terhadap penyakit, tetapi toleran atau mudah beradaptasi dan responsif terhadap perubahan lingkungan dan makanan.
Budidaya Ikan Patin – Pembenihan Ikan Patin secara Buatan
INDUCED BREEDING (kawin suntik ikan patin)
Induced breeding atau kawin suntik merupakan teknik pemijahan buatan. Yang dilakukan pada ikan patin.
Tingkat keberhasilan pemijahan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad indukan, kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, serta kecermatan dalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan.
Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjer hipofisa ikan lain, seperti ikan mas, atau menggunakan kelenjer hipofisa buatan yang mengandung hormon gonadtropin.
Di pasaran dikenal dengan merek dagang chorulon dan ovaprim.
Pembenihan Ikan Patin Menggunakan kelenjer hipofisa ikan mas
1. Siapkan ika donor atau ikan yang akan di ambil kelenjer hipofisanya.
Jika induk patin betina yang akan di suntik memiliki bobot 3 kg, diperlukan donor ikan mas berupa induk betina seberat 9 kg dan induk jantan seberat 6 kg.
2. Potong bagian belakang tutup insang ikan mas, bisa di lakukan secara tegak lurus ataupun vertikal.
3. Letakkan potongan kepala dengan posisi mulut menghadap ke atas, lalu potong secara vertikal dari permukaan sedikit di atas mulut hingga tampak organ otak yang dilingkupi lendir atau lemak
4. Angkat bagian otak ikan mas, lalu buang atau bersihkan lendir menggunakan kapas atau tisu.
Setelah bersih dari lendir, di bagian otak akan tampak butiran putih seperti beras. Itulah kelenjer hipofisa yang dibutuhkan.
5. Ambil kelenjer hipofisa menggunakan pinset, lalu gerus menggunakan gelas penggerus sampai halus
6. Larutkan kelenjer hipofisa tadi ke akuabides sebanyak 2,5 ml. Perlakuan ini berfungsi untuk mempermudah penyuntikan nantinya.
Agar larutan ini berfungsi benar-benar hancur dan tercampur, gunakan sentrifugai atau pemusing.
7. Ambil atau sedot larutan kelenjer hipofisa menggunakan alat suntik dengan jarum berukuran 0,12 mm.
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular (di dalam daging atau otot) di belakang pangkal sirip punggung.
Pembenihan Ikan Patin Menggunakan ovaprim dan chorulon
1. Ambil induk jantan dan induk betina, lalu timbang bobot keduanya.
2. Untuk induk jantan diperlukan ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk betina sebanyak 0,6 ml/kg
3. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan dua kali, pada penyuntikan pertama menggunakan chorulon dengan dosis 500 iu/ kg.
Sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim. Penyuntikan kedua dilakukan sekitar 24 jam setelah penyuntikan pertama.
4. Sementara itu, penyuntikan induk jantan di lakukan sekali, yakni bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
5. Untuk menghindari induk berontak saat penyuntikan (yang dapat menyebabkan telur keluar), penyuntikan sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas memegang ikan yang akan di suntik.
6. Penyuntikan dilakukan secara intramuskular di belakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dan kemiringan 45 derajat.
7. Simpan induk patin yang telah di suntik ke dalam waring yang di pasang di dalam bak dengan air yang mengalir.
Setelah 8 – 15 jam kemudian, biasanya induk sudah ovulasi (puncak kematangan gonad).
Budidaya Ikan Patin – Pembenihan Ikan Patin dengan Cara STRIPPING dan PEMBUAHAN
Saat ovulasi, telur yang telah matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut patin betina. Perlakuan ini di sebut (stripping).
berikut untuk pekerjaan dalam melakukan stripping.
1. Sediakan wadah untuk menampung telur, berupa baskom plastik yang telah di bersihkan dan dalam keadaan kering.
2. Pegang induk betina yang akan di stripping dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin di topangkan di pangkal paha.
3. Urut perut indukan patin menggunakan jari tangan dan jempol secara perlahan, di mulai dari bagian depan ke arah belakang. Tampung telur yang keluar ke dalam sebuah baskom.
4. Selanjutnya, induk jantan di tangkap untuk di ambil spermanya. Pengurutan induk jantan pada prinsipnya sama dengan pengurutan induk betina. Sperma yang keluar dari perut induk jantan langsung di satukan dengan telur yang telah di tampung di dalam baskom.
5. Agar telur dan sperma dapat tercampur sempurna, lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara berputar perlahan-lahan di dalam baskom.
6. Untuk meningkatkan fertilisasi, tambahkan larutan naci ke dalam campuran telur tersebut. Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan di sertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit, pengadukan dilakukan kurang lebih selama 2 menit.
7. Untuk membuang lendir, perlu di lakukan penggantian air bersih sebanyak 2-3 kali.
8. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur, perlu di perhatikan pencucian menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat membersihkan lendir-lendir yang menempel dan memisahkan telur-telur yang menggumpal. Lumpur yang di gunakan berupa tanah dasar kolam atau tanah tegalan yang telah di panaskan pada suhu 100 derajat c terlebih dahulu guna menghindari penyakit.
9. Telur-telur yang di buahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur-telur yang tidak di buahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.
Budidaya Ikan Patin – Cara Menetaskan telur Ikan Patin
Proses Penetasan Telur Ikan Patin
1. Bersihkan semua perlengkapan pembenihan, seperti corong penetasan telur, tempat perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air bersih, water turn, lalu keringkan.
2. Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri, rendam corong penetasan dalam larutan pk sebanyak 20 ppm atau malachite green sebanyak 5 ppm selama 30 menit.
3. Masukkan air bersih ke dalam semua wadah, lalu nyalakan pompa isap agar air mengalir dari wadah penampungan air bersih ke water turn, sehingga terjadi sirkulasi air di seluruh wadah unit pembenihan patin tersebut.
4. Tuangkan telur patin yang akan di teteskan ke dalam corong penetasan, lalu sebarkan menggunakan bulu ayam.
5. Usahakan jangan sampai telur menumpuk didasar corong. Pasalnya, telur yang menumpuk dapat cepat membusuk. Idealnya, kepadatan telur sebanyak 200.000-300.000 butir per corong. Selain itu, atur debit air yang mengalir agar telur selalu terangkat di dalam corong tersebut.
6. Telur yang telah di buahi selanjutnya akan berkembang dan menetas menjadi larva.
Budidaya Ikan Patin – Cara Merawat Benih atau Burayak Ikan Patin
Benih patin yang baru menetas dikenal dengan sebutan larva.
Larva di tampung sementara di tempat penampungan larva berupa kain hapa yang dipasang di dalam bak penampungan larva.
Hal tersebut di maksudkan untuk memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ke tempat pemeliharaan.
Pemanenan dilakukan menggunakan scop net halus secara hati – hati.
Selanjutnya larva di distribusikanke tempat pendederan, jika lokasi tempat pendederan jauh dari tempat pembenihan, maka larva patin di angkut menggunakan kantong plastik bening yang di beri oksigen.
Plastik berukuran 40 x 60 cm dapat mengangkut larva patin sebanyak 15000 -20.000 ekor dengan lama perjalanan sekitar 4-6 jam.
Budidaya Ikan Patin – Memelihara benih Patin di Ruang Tertutup
Benih yang berasal dari tempat penampungan sementara selanjutnya dipelihara ditempat pemeliharaan benih.
Tempat pemeliharaan benih dapat berupa akuarium, fiber glass, atau bak plastik. Wadah pemeliharaan di susun rapi di dalam ruangan tertutup berukuran 60-79 m2.
Sebelum di gunakan, akuarium fiber glass di bersihkan dan dikeringkan. Selang 1-2 hari sebelum benih di tebar, isi wadah pemeliharaan dengan air.
Nyalakan blower untuk menambah aerasi guna memberi tambahan kandungan oksigen terlarut ke dalam air. Jangan lupa menyediakan genset untuk suplai listrik jika sewaktu-waktu listrik PLN padam.
Budidaya Ikan Patin – Makanan anakan Ikan Patin
Benih patin dipelihara di akuarium atau fiber glass selama 25 – 30 hari. Berikut pemberian pakan pada benih selama pemeliharaan berlangsung.
1. Hari ke 1 sampai ke 5. benih pakan di beri makanan tambahan berupa artemia yang telah diteteskan di tempat terpisah. Pemberian artemia dilakukan sekitar 2 jam sekali.
2. Hari ke 6 sampai ke 14. benih di beri makanan berupa kutu air, jentik nyamuk atau cacing sutra.
3. Hari ke 15 sampai panen. Benih di beri makanan berupa pakan buatan bentuk tepung yang mengandung kadar protein lebih dari 35%. jumlah makanan yang di berikan harus disesuaikan dengan kebutuhan benih.
4. Usahakan jangan sampai ada makanan yang tersisa guna menghindari terjadinya penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.
5. Selama pemeliharaan, lakukan penggantian air bersih setiap 1 – 2 hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air dilakukan secara hati-hati dengan cara menyifon atau membuang kotoran yang berupa di dasar wadah pemeliharaan menggunakan slang kecil.
Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna menghindari terjadinya stres pada benih yang dipelihara sampai posisi air mendekati ketinggian semula.
Dari sini diharapkan sobat dapat memulai pembenihan ikan patin secara sungguh – sungguh baik di aquarium maupun kolam beton secara alami maupun buatan.
Lengkap sudah cara budidaya ikan patin dari awal hingga panen dengan makanan alami cepat besar modal kecil untung besar untuk pemula buat usaha.
Teknik Budidaya Ikan Patin Agar Cepat Besar di Semua Kolam
Reviewed by Bandeng Olahan
on
10:05
Rating:
No comments: